2007年8月26日日曜日


Idriss Déby Itno (lahir di Fada pada tahun 1952) adalah Presiden Chad saat ini dan ia seorang pemimpin Gerakan Penyelamatan Patriotik. Déby berasal dari kelompok etnis Zaghawa, khususnya dari klan Bidyate. Ia menambahkan Itno ke dalam nama keluarganya pada Januari 2006.
Déby adalah anak seorang gembala. Setelah menamatkan sekolahnya, ia melanjutkan ke Sekolah Perwira di N'Djamena. Dari situ ia dikirim ke Perancis, untuk mengikuti latihan, lalu kembali ke negaranya pada 1976 dengan ijazah pilot profesional. Hingga 1979, ia tetap setia kepada militer dan Presiden Félix Malloum. Namun ketika tahun itu pemerintah pusat runtuh, Déby mempertaruhkan nasibnya pada Hissène Habré, salah satu jawara utama Chad.
Setahun setelah Habré menjadi Presiden pada 1982, sebagai ganjaran atas kesetiaannya, Déby diangkat sebagai panglima tertinggi angkatan darat. Ia menjadi menonjol ketika pada 1984 berhasil menghancurkan kekuatan pro Libya di Chad timur.
Pada 1985 Habré menyingkirkannya dari jabatannya dan mengirimnya ke Paris untuk belajar di Ecole de Guerre. Sekembalinya, ia diangkat menjadi penasihat militer utama kepresidenan. Pada 1987 ia menghadapi pasukan-pasukan Libya di lapangan, dengan mengambil berbagai taktik yang menimbulkan kekalahan besar pada pihak lawan.
Pada 1989 terjadi perpecahan antara Habré dan Déby mengenai semakin meningkatnya kekuasaan Pasukan Pengawal Presiden. Habré menuduh Déby mempersiapkan kudeta. Hal ini menyebabkan Déby melarikan diri ke Libya dan belakangan ke Sudan dan di sana ia membentuk Gerakan Penyelamatan Patriotik, sebuah kelompok pemberontak yang didukung oleh Libya dan Sudan, dan mulai beroperasi melawan Habré pada Oktober 1989. Ia melancarkan suatu serangan yang menentukan pada 10 November 1990, dan pada 2 Desember pasukan-pasukan Déby masuk ke ibu kota, N'Djaména tanpa menghadapi perlawanan.
Setelah pemerintahan sementara selama tiga bulan, pada 28 Februari 1991, disetujuilah sebuah Undang-undang untuk Chad dengan Déby sebagai presiden. Déby 'terpilih kembali' dalam 1996 dan 2001, namun pengamat-pengamat internasional mencatat berbagai penyimpangan dalam proses pemilihan itu. Pada Juni 2005, sebuah referendum yang sukses diadakan untuk menghapuskan batas konstitusional yang menetapkan jabatan kepresidenan hanya dua kali. Hal ini memungkinkan Déby mencalonkan diri kembali pada 2006. Déby kembali memenangi pemilu kepresidenan yang dijadwalkan pada 3 Mei, yang disambut dengan boikot oleh pihak oposisi.
Déby sudah menghadapi pergolakan internal dan ketegangan dengan negara tetangga Sudan sejak awal 2006. Sebuah rencana kudeta yang melibatkan penembakan jatuh pesawat Déby konon terungkap pada bulan Maret. Di sebelah timur negara terjadi pertempuran-pertempuran dengan para pemberontak, yang mendesak ke barat menuju ibu kota, dan sesekali mencapai jarak sekitar 160 km saja dari N'Djaména [1]
Pada pertengahan April, terjadi pertempuran di N'Djaména, meskipun tak lama kemudian pertempuran mereda dengan pasukan-pasukan pemerintah masih tetap menguasai ibu kota. [2] Déby kemudian memutuskan hubungan dengan Sudan. Ia menuduh negara itu mendukung kaum pemberontak, dan megnatakan bahwa pemilu Mei masih akan tetap berlangsung. [3]


Idriss Déby

0 件のコメント: